Artikel by : MEDIA ISNET
SEBUAH WAHYU LANGSUNG UNTUK 'ALI
Artikel by : MEDIA ISNET
TASAWUF MENDAMAIKAN DUNIA
Apabila Anda menggali sumur, Anda harus menggalinya jauh ke dalam sampai Anda menemukan sumber mata airnya. Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu? Bila Anda bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Lalu, bagaimana Anda dapat membasuh diri Anda atau menghilangkan dahaga Anda? Hanya jika Anda menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka Anda akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.
Demikian juga halnya, jika Anda hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan. Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila Anda membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Allah mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Allah akan mengisi hatimu. Hanya setelah itu Anda dapat menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu Anda akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu Allah ini harus timbul dari dalam diri Anda; kisah Allah dan doa mesti dipahami dari sisi batin. Maka Anda akan memperoleh semua yang Anda butuhkan untuk diri Anda, dan Anda juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.
KebijakanNya Adalah Kebenaran Sejati
Sekali waktu Anda pernah mengira bahwa segala yang Anda pelajari dan cermati adalah kebenaran. Tetapi kemudian Anda maju ke langkah berikutnya, dan menemukan bahwa semua yang telah Anda pelajari bukanlah kebenaran. Dan pada masa yang akan datang ketika Anda masih melangkah lebih berikutnya dan
memandang kembali semua yang sekarang Anda anggap benar, ternyata Anda juga akan melihatnya sebagai kepalsuan. Dengan cara ini, setiap kali Anda melangkah maju ke level yang baru, maka Anda akan menemukan bahwa semua yang Anda pelajari pada masa lalu adalah kepalsuan (salah). Akhirnya, ketika Anda mencapai maqam (keadaan) Tuhan dan maqam kearifan-Nya, maka Anda akan menyadari bahwa semua pemikiran Anda adalah keliru. Semuanya keliru. Hanya Dialah kebenaran. Kebijakan-Nya adalah
kebenaran sejati, dan sifat-sifat-Nya adalah emas kekayaan yang sesungguhnya.
Apabila Anda memahami hal ini, maka Anda akan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang Anda lakukan pada masa yang lalu. Anda akan melihat dengan jelas dan pasti bahwa hanya ada satu keluarga, satu doa dan satu Tuhan. Kita harus memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan yang berharga, hikmah
kebenaran.
M.R. Bawa Muhayyaddin,Indeks Sufi
MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT
Semua kaum Muslim
berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang
suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al-Quran
menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti
yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu,
digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada
hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di
dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang
yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.
Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah."
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?
Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di tempat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".
Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.
Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.
Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah."
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?
Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di tempat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".
Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.
Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.
PENCERAH HATI
Meskipun sangat menarik sebagai hiburan,
kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama
dengan fabel, legenda atau folklore. Kisah-kisah
ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan,
dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik
kebudayan manapun; namun fungsinya sebagai
cerita-nasehat Sufi hanya sedikit sekali dikenal
dalam dunia modern sehingga tidak ada istilah
teknis maupun populer untuk kisah-kisah semacam
ini.
Selagi Anda membaca dan mencoba memahami
cerita-cerita yang diungkapkan dalam bahasa samar
Sang Guru ini, Anda mungkin secara tidak sengaja
akan bertemu dengan ajaran hening yang tersembunyi
didalamnya. Inilah makna kebijaksanan yang
dimaksud, yakni bahwa Anda diubah tanpa usaha untuk
berubah sedikit pun, dan ditransformasikan -
percaya atau tidak - hanya dengan menyadari
kenyatan yang tidak berupa kata-kata.
Jika Anda cukup beruntung dan disadarkan, Anda
akan tahu mengapa bahasa yang paling indah adalah
bahasa yang tak terucapkan, dan mengapa perubahan
yang paling baik adalah perubahan yang tidak
disadari.
Panduan hidup zuhud yang sangat disukai kaum sufi --dijelaskan oleh Al-Ghazali-- diberi judul Kimia Kebahagiaan. "Ketahuilah, bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main atau sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan demi suatu tujuan agung. Meskipun bukan merupakan bagian Yang Kekal, ia hidup selamanya; meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulia dan bersifat ketuhanan. Ketika, dalam tempaan hidup zuhud, ia tersucikan dari nafsu jasmaniah, ia mencapai tingkat tertinggi; dan sebaliknya, dari menjadi budak nafsu angkara, ia memiliki sifat-sifat malaikat. Dengan mencapai tingkat ini, ia temukan surganya di dalam perenungan tentang Keindahan Abadi, dan tak lagi pada kenikmatan-kenikmatan badani. Kimia ruhaniah yang menghasilkan perubahan ini dalam dirinya, seperti kimia yang mengubah logam rendah menjadi emas, tak bisa dengan mudah ditemukan."
Panduan hidup zuhud yang sangat disukai kaum sufi --dijelaskan oleh Al-Ghazali-- diberi judul Kimia Kebahagiaan. "Ketahuilah, bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main atau sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan demi suatu tujuan agung. Meskipun bukan merupakan bagian Yang Kekal, ia hidup selamanya; meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulia dan bersifat ketuhanan. Ketika, dalam tempaan hidup zuhud, ia tersucikan dari nafsu jasmaniah, ia mencapai tingkat tertinggi; dan sebaliknya, dari menjadi budak nafsu angkara, ia memiliki sifat-sifat malaikat. Dengan mencapai tingkat ini, ia temukan surganya di dalam perenungan tentang Keindahan Abadi, dan tak lagi pada kenikmatan-kenikmatan badani. Kimia ruhaniah yang menghasilkan perubahan ini dalam dirinya, seperti kimia yang mengubah logam rendah menjadi emas, tak bisa dengan mudah ditemukan."
Untuk Kisah-Kisah Sufi Pencerah Hati yang lengkap,silahkan klik DISINI
TENTANG BERDO'A
Saya tak bisa bahasa Arab, saya malu memimpin do'a selepas sholat jamaah bersama isteri saya, apalagi didepan jamaah yang lain.
Pernahkah
pengalaman ini menimpa kita? Insya Allah tidak. Tapi andaikata pernah,
janganlah khawatir. Sungguh Allah itu mengerti segala macam bahasa.
Jangan malu untuk berdo'a dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
Kalau anda hapal do'a dalam bahasa arab, saya ucapkan alhamdulillah!
Namun kalau anda lebih sreg berdo'a dengan bahasa selain bahasa Arab,
saya pun berucap alhamdulillah! Yang terpenting adalah kita masih mau
berdo'a. Kalimat terakhir ini mengundang pertanyaan,Mengapa sih kita
harus berdo'a?
Allah adalah Tuhan kita satu-satunya. Allah
pun dalam Al-Qur'an mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu اللَّهُ الصَّمَدُ (QS 112:2). Dalam surat al-Fatihah kita pun
berseru:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (QS.1:5) (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan). Karena itu, kalau ada orang yang mengaku bahwa Allah itu Tuhannya lalu ia tak mau berdo'a maka pantas kalau kita sebut orang tersebut orang sombong. Bukankah Allah telah berfirman, Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
(QS 40:60).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (QS.1:5) (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan). Karena itu, kalau ada orang yang mengaku bahwa Allah itu Tuhannya lalu ia tak mau berdo'a maka pantas kalau kita sebut orang tersebut orang sombong. Bukankah Allah telah berfirman, Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
(QS 40:60).
Betulkah setiap do'a akan
dikabulkan oleh Allah? Boleh jadi ada diantara kita yang telah berdo'a
sesuatu namun tak kita rasakan hasil dari do'a tersebut. Pertama, harus
disadari bahwa kita ini hamba sehingga tak berhak memaksa Allah. Kita
yang membutuhkan Allah; bukan sebaliknya.
Kedua, Allah
lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Boleh jadi, sebuah do'a yang kita
minta bila dikabulkan oleh Allah justru ujung-ujungnya dapat
menimbulkan kesulitan dalam hidup kita atau mungkin Allah punya
ketentuan lain yang tak kita ketahui. Sebagai contoh, Nabi Nuh berdo'a
agar anaknya diselamatkan dari banjir dahsyat, Tuhan tidak
mengabulkannya dan bahkan menegur Nabi Nuh sehingga Nabi Nuh pun
berdo'a:Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari
memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakekatnya) dan sekiranya
Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang rugi.
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(QS 11: 47) Allah Maha Tahu, maka do'a kita kadang kala bukan tak dikabulkan tapi ditunda waktunya, atau malah diganti dengan yang lebih baik. Wa Allahu A'lam.
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(QS 11: 47) Allah Maha Tahu, maka do'a kita kadang kala bukan tak dikabulkan tapi ditunda waktunya, atau malah diganti dengan yang lebih baik. Wa Allahu A'lam.
Ketiga, sudah seberapa jauh usaha kita untuk
meminta dan memelas pada Allah. Nabi Zakariya sendiri telah puluhan
tahun berdo'a namun belum dikabulkan Allah. Tapi berbeda dengan kita
yang cenderung tak sabar, Nabi Zakariya berkata, Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan
aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku.
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
(QS 19:4)
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
(QS 19:4)
Begitulah sikap kita seharusnya: jangan pernah
kecewa dalam berdo'a. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Aku ini
bagaimana persangkaan hambaKu saja... Maksudnya, kalau kita dalam
berdo'a belum-belum sudah beranggapan bahwa do'a ini tak akan
dikabulkan, yah begitulah jadinya. Insya Allah kita selalu berbaik
sangka dan tak pernah kecewa dalam berdo'a.
Dalam berdo'a
kita diminta untuk berharap-harap cemas
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
(QS 21:90). Artinya, kita berharap do'a kita akan dikabulkan, namun disisi lain kita juga cemas kalau-kalau do'a ini tidak dikabulkan. Gabungan perasaan inilah yang menjadi etika dalam berdo'a. Kita tidak terlalu yakin pasti akan dikabulkan, namun juga tidak putus asa. Etika lainnya adalah kita disuruh berdo'a dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
(QS 7:55). Kalau kita jalani etika berdo'a ini insya Allah hati kita akan tergetar dan seringkali tanpa sadar air mata menggantung di pelopak mata.
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
(QS 21:90). Artinya, kita berharap do'a kita akan dikabulkan, namun disisi lain kita juga cemas kalau-kalau do'a ini tidak dikabulkan. Gabungan perasaan inilah yang menjadi etika dalam berdo'a. Kita tidak terlalu yakin pasti akan dikabulkan, namun juga tidak putus asa. Etika lainnya adalah kita disuruh berdo'a dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
(QS 7:55). Kalau kita jalani etika berdo'a ini insya Allah hati kita akan tergetar dan seringkali tanpa sadar air mata menggantung di pelopak mata.
Pendek kata, berdo'alah baik dalam keadaan sehat-sakit, suka-duka, kaya-miskin, berdiri-duduk-berbaring, pagi-siang-malam...
Tau dirilah kita,bahwa yang kita miliki didunia hanyalah titipan Allah dan suatu saat pasti akan diambilNya,termasuk nyawa kita.Semoga bermanfaat bagi yang telah membaca,aaammiin...
Tau dirilah kita,bahwa yang kita miliki didunia hanyalah titipan Allah dan suatu saat pasti akan diambilNya,termasuk nyawa kita.Semoga bermanfaat bagi yang telah membaca,aaammiin...
KERINDUAN
Fariduddin Attar, guru Jalalluddin Rumi, penyair dan sufi
terbesar dari Persia, menuturkan kerinduan sekelompok burung
terhadap raja mereka.
Maka, mereka pun sepakat menunjuk
Hud-hud, burung yang bijak, sebagai pemimpin.
Hud-hud memberi tahu, yang mereka cari itu burung
Simurgh, dalam bahasa Persi, artinya tiga puluh burung, yang
hidup tersembunyi di gunung Kaf, tempat yang jauh, dan
berbahaya. Untuk mencapai tempat itu mereka harus menempuh
lima lembah dan dua gurun sahara.
Mendengar cerita itu, mereka yang berjiwa lemah, yaitu
Nuri, Merak, Angsa, Bangau, Bul-bul, dan burung Hantu,
mengemukakan berbagai alasan untuk tidak ikut.
Si Nuri yang egois, memilih mencari ”kawan
suci”, Merak, si burung surga, lebih baik menanti
panggilan kembali ke surga, Bul-bul, yang merasa memahami
rahasia cinta, menumpahkan cintanya pada bunga mawar, dan
Bangau, pencinta air, membual:
”Cintaku pada air membuatku selalu termenung di tepi
pantai, namun aku toh tak setitik pun meminum airnya, karena
khawatir begitu aku minum, samodra raya itu langsung kering
kerontang.”
Hud-hud memberi rangsangan dengan cerita mengenai
petualangan menarik dalam perjalanan ke Gunung Kaf, di
istana raja mereka.
Karena itu, perjalanan pun dimulai. Tapi baru saja
menempuh dua lembah, mereka mengeluh, dan merasa gentar
membayangkan perjalanan selanjutnya.
Satu-satunya jalan agar mereka mengerti dan sadar,
Hud-hud, harus terus terang bahwa mereka harus menempuh
tujuh lembah dan gurun, yang semuanya memikat, simbolik, dan
bermakna secara rohaniah. Burung-burung itu pun merasa
gembira dan bersemangat lagi.
Kali ini korban berjatuhan. Ada yang mati karena udara
sangat panas, ada yang tenggelam di laut, ada yang
kelelahan, ada yang kehausan tak berdaya. Dan ada pula yang
tersesat.
Sisanya tetap meneruskan perjalanan hingga tiba di Gunung
Kaf yang mereka impikan. Di pintu gerbang mereka
diperlakukan kasar oleh para penjaga. Tapi mereka sudah
terbiasa dengan kesukaran. Maka, pelayan pun menjemput, dan
menunjukkan mereka jalan ke ruang Baginda.
Di dalam, burung-burung itu keheranan karena mereka
memasuki ruang hampa, luas tak terbatas. Dalam termangu
mereka saling memandang. Di mana Baginda raja yang mereka
rindukan? Di sana mereka temukan Simurgh, tiga puluh burung,
yang ternyata diri mereka sendiri.
Dalam kerinduan mencari sang raja, ternyata mereka hanya
menemukan diri mereka sendiri.
”Sang raja tersingkap di dalam cermin kalbu-kalbu
mereka sendiri,” kata Attar.
Fariduddin Attar memesona kita. Dengan fabel itu, ia
sebenarnya bicara perkara yang sangat dalam dan rumit,
mengenai gejolak kalbu, yang diharu-biru rasa rindu. Ini
potret kerinduan khas kaum sufi untuk bisa berkhidmat, dan
memperoleh momen puitik, dan istimewa: berduaan dengan sang
pencipta, untuk mempersembahkan ketulusannya sebagai seorang
hamba sahaya.
”Di pintumu aku mengetuk / aku tak bisa
berpaling” kata Chairil Anwar.
”Di mana kau / rupa tiada, hanya kata merangkai
hati” kata Amir Hamzah.
”Betapa gurun merindukan cinta sejumput rerumputan /
Rumput menggeleng, tertawa, dan berlalu” kata
Tagore.
”Keberadaan lahir / Ketika kita jatuh cinta pada
ketiadaan” kata Rumi.
Ketiadaan di sini bukan kehampaan, bukan
”emptiness”, bukan ”nothingness”.
Ketiadaan ini justru wujud eksistensi. Dalam logika dan
kosmologi Jawa ini makna ungkapan ”suwung ning
isi”, kosong tapi isi yang terkenal itu.
Mencari galih kangkung, dan tapak Kuntul (burung Blekok)
melayang, dalam kosmologi Jawa dianggap simbolisasi
pencarian akan makna paling hakiki dalam hidup manusia:
momen puitik untuk menyatu, manunggal rasa, manunggal karsa
dengan ”Baginda”. Mencari tapak Kuntul melayang
bukan sebuah kemustahilan.
Para empu dalam bidang ”seni kehidupan”, yaitu
para wali, para nabi, dan orang-orang suci, masing-masing
pernah disergap kerinduan yang sangat pekat, dan menemukan
diri menjadi hati Tuhan, tangan Tuhan, dan sarana Tuhan
untuk menciptakan keadilan di bumi. Mereka ibarat hanya
bayangan yang tak ada tapi nyata gunanya.
”Lilin dibuat untuk menjadi nyala / Dalam suatu saat
penghancuran / Yang tak menyisakan bayangan” kata
Rumi.
Kerinduan, bagi yang pernah, dan masih rindu, tak akan
sekadar menjadi mimpi di atas mimpi, yang dikhawatirkan
Ebiet. Kerinduan terobati, bukan hanya saat kita bisa
bertemu, melainkan juga saat kita merasa pasrah untuk
”menjadi”, termasuk sekadar menjadi sebatang lilin
kecil, yang nyala kecilnya, menembus gelap di lorong-lorong
jiwa kita.
Sumber dari : Media isnet